Wednesday 19 October 2011

Siapa yang tak mati ??

Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya
mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk
meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya.



Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam
kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris.

Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk
akal, Sang Guru berujar:



"Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji
lada."



"Itu saja syaratnya?" tanya wanita itu dengan keheranan.



"Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya
belum pernah ada yang mati."



Dengan "semangat 45", wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya
sangat entusias, "Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan
menghidupkan anakku!"



Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: "Tolonglah
saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda
memberikannya?" "Oh, boleh saja," jawab tuan rumah. "Anda baik sekali Tuan,
tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?" "Oh, ada,
paman kami meninggal tahun lalu." Wanita itu segera berpamitan karena dia
tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang
dibutuhkannya.



Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati
bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah
yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. "Ayah kami barusan
wafat...," "Kakek kami sudah meninggal...," "Ipar kami tewas dalam
kecelakaan minggu lalu...," dan sebagainya.



Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang
memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam
mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa
dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas
dari penderitaan.



Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan
batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih, "Guru, saya
akan menguburkan anak saya." Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum
lembut.



Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali
anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya?



Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga?

Alih-alih berbuat demikian Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu
mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak
terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati?



Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa
dukacita mendalam seperti dalam cerita di atas.



Penderitaan hanya benar-benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan
dua hal:



(1) kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita, dan

(2) bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang

bersumber dari dalam diri kita sendiri.

sumber: http://koesy1979.multiply.com/reviews/item/20

emas dan kearifan

Suatu pagi Zhi Zhou mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa guru berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amatlah penting, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain."



Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Zhi Zhou, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?" Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keeping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."



"Cobalah dulu anak muda, Siapa tahu kamu berhasil."



Zhi Zhou pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang sayur, penjual daging dan ikan. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, Zhi Zhou tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak.



Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."



Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian."



Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga sepuluh keping emas.



Rupanya nilai cincin ini sepuluh kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."



Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".



"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat hingga ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya, dan itu butuh proses. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas.

Life is a Process.

Process Must Be Measurable.

Anything that can be Measured can be Improved upon.

sumber :http://koesy1979.multiply.com/reviews/item/19

SEDIKIT RENUNGAN BUAT KITA-KITA YANG MASIH MUDA ( YANG KELAK AKAN MENJADI TUA PULA ... )

Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian dalam hidupnya.

Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.

Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.

Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang. Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.

Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Lalu sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan nya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.

Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau
plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan?

Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat - sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya.

Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa.

Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita.

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.

Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tuanya...

When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!

sumber: http://koesy1979.multiply.com/reviews/item/9

MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT ???

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka
menikah sudah lebih 32 tahun

Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah
istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas senja dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar
dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak....... ..bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya,

kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".

Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."
Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini.

Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno.. dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak Suyatno bercerita.
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2.. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,"

sumber:http://koesy1979.multiply.com/reviews/item/11

Biarkan Allah menilaimu

Terkadang orang berfikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois,

tetapi, bagaimanapun juga,terimalah mereka apa adanya.



Apabila Engkau berbuat baik, orang lain mungkinkan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu.

Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.



Apabila Engkau sukses , engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu.

Tetapi,..teruskanlah kesuksesanmu itu.



Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu.

Tetapi,.. tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.



Apa yang engkau bangun bertahun-tahun lamanya,dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja.

Tetapi,..janganlah berhenti,tetaplah membangun.



Apabila engkau menemukan kebahagiaan dan kedamaian di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu.

Tetapi tetaplah berbahagia.



Kebaikan yang engkau lakukan hari ini , mungkin besok akan di lupakan orang.

Tetapi,..teruslah berbuat baik.



Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan mungkin itu tidak akan pernah cukup.

Tetapi,..tetap berikanlah yang terbaik.



Apabila engkau mencintai seseorang dengan ikhlas dan tanpa pamrih, mungkin ia tidak akan berbuat seperti apa yang engkau lakukan.

Tetapi tetaplah mencintainya tanpa pamrih, karena Allah maha mengetahui dan maha adil, lagi bijaksana, hakim dari segala hakim.





Sadarilah bahwa semua yang engkau katakan, dan lakukan itu ada diantara engkau dan Tuhanmu.

Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain.

Jangan pikir dan pedulikan apa yang engkau lakukan atas orang lain, dimana orang lain akan berfikir atas perbuatan baik yang kau lakukan.



Tetapi percayalah bahwa, mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur, dan berbuat baik. Dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.



" Yang dinamakan Muslim itu , adalah apabila muslim

lainnya selamat dari keburukan lidah dan tangannya ". ( Al Hadist )

" Takwalah kamu pada Allah dimana saja kamu berada, dan lakukanlah perbuatan baik, untuk menipiskan perbuatan burukmu,yang akan menghapuskannya, dan pergaulilah

manusia dengan pergaulan yang baik



" Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, Allah akan memberikannya jalan keluar yang terbaik,dan akan memberikan rezeki padanya dari sumber yang tidak ia

sangka-sangka ".( Al Qur'an ).



Wallahua'lam



** NiLai KeHiduPaN AdaLaH JiKa SesEoRang Dpt MeNikMaTi HidUp SeTiAp SaAt dLm kOndiSi ApaPuN **

Sumber :http://koesy1979.multiply.com/reviews/item/17

Monday 17 October 2011

Renungan Bagus: Penyesalan Seorang Perempuan Setelah Menikah Mengingat Pacarannya Dulu

“Betapa hinanya kurasakan saat aku menikah, aku ingat bahwa beberapa orang laki-laki sebagai pacarku dulu pernah “menyentuhku.” Hina menyadari diri bahwa saat menikah yang merupakan mahligai dambaan jutaan perempuan, diriku sudah tidak bersih dan suci lagi. Kebayang betapa malu dan hancurnya perasaanku dan aku merasa tidak berharga lagi. Saat itu kurasakan sebagai cintaku kepada pacarku, tapi ternyata bukan. Itu hanyalah kemurahanku yang telah membuat diriku kotor dan hina.

Kebodohanku adalah dulu pacaranku seperti akan jadi, pacarku kubayangkan seperti akan jadi suamiku. Ternyata tidak. Setelah puas, rata-rata laki-laki melihat perempuan yang telah dinikmatinya sebagai perempuan murahan. Sebagai perempuan murahan tidak mungkin akan menjadi istri yang baik. Jadilah perempuan seperti aku ini menjadi barang sisa alias barang bekas. Pacaran telah mengotori diriku. Aku sadar, betapa bodoh dan murahnya aku. Suamiku yang kini

menikahiku, memilikiku bukan sebagai perempuan yang terhormat tetapi perempuan yang pernah disentuh dan terkotori oleh noda dan dosa karena jebakan syahwat dalam diriku.

Perasaan ini terus terbawa hingga aku menikah. Setelah punya anak perempuan, aku sadar betapa susahnya untuk mencegah putriku berpacaran dengan laki-laki pacarnya karena kekotoran diriku. Bila aku dulu bersih dan bisa menjaga diri, aku pasti memiliki kekuatan untuk mendidik putriku juga agar bisa mempertahankan prinsip dan pendiriannya, agar tak memurah-murahkan cinta dan tubuhnya pada pacarnya. Tapi, segalanya sudah terjadi. Kebanggaanku bahwa aku perempuan yang terhormat tidak ada dan tidak bisa kutunjukkan pada suamiku, juga kepada anak perempuanku.

Aku yakin, ini terjadi pada banyak perempuan yang menjalani pacaran. Aku sadar, bahwa keadaan anak perempuanku sekarang merupakan rangkaian tak terpisahkan dari akhlak dan sejarahku. Dan yang pedih lagi, ternyata suamiku pun bukan laki-laki yang baik. Dia pun dulu banyak pacaran dan sudah merasakan beberapa kali menikmati cintanya dengan perempuan. Aaakh … akhirnya yang kotor berjodoh dengan yang kotor. Ini memang sudah hukum Allah, yang shaleh dengan yang shaleh lagi, yang bersih dengan yg bersih lagi, yang kotor dengan yang kotor lagi. Aku yakin, ketentuan Allah ini berlaku pada setiap orang. Penyesalan tak pernah di awal.

Wahai … perempuan. Demi kehormatanmu dan kebahagiaanmu kelak, silahkan mencintai tapi hindarilah pacaran. Pacaran adalah langkah awal menuju zina dan kehancuran diri. Apalagi memurah-murahkan dirimu pada pacarmu, jadilah perempuan terhormat, sebelum engkau menyesal kelak. Bagi perempuan murah jangankan di akhirat, di dunia pun akan merasakan penyesalan yang amat besar seperti yang kini kualami.”

(Dewi, di Jakarta)
sumber :http://moeflich.wordpress.com

40 Tanggung Jawab Suami Terhadap Istri

1.Menghayati Fungsi Suami Terhadap Istri.

2.Memberi Belanja (Nafkah)

3.Memenuhi persyaratan Istri atau Keluarganya.
Saat Pernikahan ada persyaratan yg pernah diajukan
Istri dan keluarganya (Komitmen) saat ijab Qabul misal :
Tidak mau di madu, atau membiayai keluarga istri yang
kekurangan, seperti Ortu atau adik kandung.
Hadist rasulullah saw. yg secara umum Beliau sabdakan:
"Syarat yg paling berhak untuk di penuhi adalah syarat
yg menjadikan kamu halal bersenggama dngn istrimu."
(HR.Bukhari dan Muslim)

4.Menyediakan Rumah.
"Tempatkanlah mereka (para istrimu) di mana kamu ber
tempat tinggal menurut kemampuanmu; dan janganlah
kamu menyusahkan mrk utk menyempitkan hati mereka
dan jika mrk ( istri2 yg sdh dii talak) itu perempuan2 yg
sedang hamil, maka berikanlah kpd mereka nafkahnya
sampai mereka bersalin....".
QS.Ath Thalaaq (65) : 6.

5.Melunasi Hutang Mahar.

6.Berhias Diri untuk Menyenangkan Istri.

7.Mengurus Anak2 Istri.

8.Memenuhi Kebutuhan Seksual Istri Dengan Baik.
a.Bersikap lemah lembut bila berduaan dengan istri
"Bila Rasulullah menyendiri dg istrinya, maka ia merupakan
orang yg sangat lembut tertawa dan senyumnya."
(HR.Ibnu 'Asakir dari Aisyah)
b.Memberi ciuman dan ucapan2 yg sangat Romantis
"Rasulullah saw.bersabda:"Seorang di antara kamu jangan
lah sekali2 mencampuri istri seperti seekor hewan yg sedang
bercampur, tetapi hendaklah ia dahului dg perantaraan."
Lalu ada yg bertanya:"Apakah perantaraan itu?" Sabdanya
"Yaitu ciuman dan ucapan romantis."(HR.Bukhari dan Muslim)
c.Tidak mendadak, yaitu istri tanpa dipersiapkan seleranya
bercampur.
"Rasulullah saw melarang bercampur sebelum didahului per
mainan." (HR.Khathib dari Jabir)Hadits palsu tapi sejalan
dg Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.
d.Tidak buru2 sebelum istri memperoleh kepuasan.
e.Tidak Mencampuri istri melalui duburnya.
"Allah sungguh tidak malu untuk menyampaikan kebenaran
ini.Janganlah seorang suami menyalurkan syahwatnya kpd
lewat duburnya."( HR.Ahmad )
f.Jarak waktu suami mencampuri istri.
Imam Ghazali dari madzab Syafi'i bekata :
"Suami mendatangi istri minimal 4 malam sekali.Ini lebih adil
tetapi bisa di komunikasikan sesuai kebutuhan masing2.
Tegasnya Islam tidak mengatur secara detail berapa kalinya
tetapi semua di serahkan kpd pasangan suami istri itu.Akan
tetapi , syariat mewajibkan suami untuk memenuhi kebutuh
an istri.
g.Do'a ketika Bersebadan
Rasulullah saw. bersabda :
"Jika seseorang diantara kamu hendak bersebadan dengan
istrinya ,maka bacalah: "Bismillah, Ya Allah jauhkanlah kami
dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yg akan Engkau
karuniakan kpd kami.Kemudian jika ternyata berbuah dari
mereka seorang anak , maka tidak akan merugikannya
selama lamanya ." ( HR.Bukhari dan Muslim )
h.Berwudhu apabila ingin Mengulanginya.
Rasulullah saw. bersabda :
"Bila seseorang diantara kamu telah bercampur dengan istri
nya, kemudian ingin mengulanginya, hendaklah ia berwudhu
Karena dengan itu akan lebih giat untuk mengulanginya."
( HR.Muslim)

9.Tidak Mencampuri Istri Saat Haid

10.Memperlakukan Istri Dengan Sopan dan Hormat
a.Menghormatinya;
b.Berlaku sopan santun;
c.Melunakkan hatinya;
d.Bersikap halus dan sabar kepadanya

11.Menasehati Dan Membina Akhlak Istri.

12.Mendahulukan Kepentingan Istri Daripada Kepentingan Orang Lain.

13.Menyuruh Istri Shalat.

14.Menyuruh Istri Berkerudung/Berjilbab.

15.Menjauhkan Istri Dari Perbuatan Dosa.

16.Meringankan Beban Kerja Istri.

17.Memaafkan Kekurangan Istri.

18.Menggilir Istri Dengan Adil Bila Berpoligami.

19.Menghukum Istri Bila Berbuat Durhaka.

20.Mengajak Dan mendorong Istri Melakukan Ibadah Dan Syiar Islam.

21.Segera Pulang Bila Selesai Urusan DiLuar

22.Mengambil Penengah Jika Ada Perselisihan Dengan Istri.

23.Memberikan Pesangon Kepada Bekas Istri Selama Iddah

24.Segera Menemui Istri Kalau Tertarik Kepada Wanita Lain

25.Tidak menyakiti dan Mengusir Istri.

26.Tidak Menjadikan Istri Sebagai Pemimpin Rumah Tangga

27.Tidak Membangunkan Istri Bila Pulang Tengah Malam.

28.Tidak Membawa Istri Ke Pemandian Umum.

29.Tidak Bersumpah Menjauhi Istri Untuk Selama Lamanya

31.Tidak Menuduh Istri Berzina Tanpa Bukti Sah Secara Islam.

32.Tidak Menarik Kembali Mahar dari Istri

33.Tidak Memadu Istri Dengan Saudaranya atau Bibinya.

34.Tidak Menempatkan Istri Serumah Dengan Ipar Lelaki.

35.Tidak Menyenangkan Hati Istri Dengan Melanggar Agama.

36.Tidak Sewenang wenang Menceraikan Istri

37.Tidak Menghalangi Istri Minta Cerai, Bila Alasannya Sah

38.Mengantarkan Istri Pergi Haji

39.Tidak Menceritakan Hubungan Suami Istri Kepada Orang Lain

40.Rela Atas Kematian Istri


SUMBER:

http://www.facebook.com/notes/felian...50390600990381

Friday 9 September 2011

Berdoalah dengan Suara Lembut

Berdoa adalah kebutuhan kita. Jika kita tidak berdoa, justru kita dianggap sombong. Allah swt sangat senang jika hambaNya banyak berdoa dan Dia berjanji mengabulkannya. Berikut ini adalah kiat singkat agar doa kita dikabulkan (maqbul):

Menghadap kiblat
Rasulullah saw datang ke tempat wuquf di Arafah dan beliau menghadap kiblat, lalu terus menerus berdoa hingga tenggelam matahari
Membaca Hamdalah atau Pujian, Istighfar dan Shalawat
Salah seorang sahabat Nabi saw berkata, “Ketika Nabi Muhammad saw duduk di mesjid, tiba-tiba datang seorang laki-laki masuk, lalu ia shalat. Setelah selesai shalat ia membaca doa, ‘Allaahummaghfirlii warhamnii.’ Maka waktu itu Rasulullah saw pun berkata, wahai kawan, engkau terburu-buru. Jika engkau shalat, duduklah dahulu kemudian bacalah puji-pujian kepada Allah. Karena dia yang memiliki pujian itu. Lalu engkau baca shalawat untuk Nabi Muhammad saw dan setelah itu Nabi bersabda, Berdoalah akan dipenuhi.”
Dengan Suara Lembut dan Rasa Takut
“Berserulah (berdoalah) kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah swt) memperbaikinya. Berdoalah kepadaNya dengan rasa takut (tidak diterima) dan harap (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 55-56)
Yakin akan Dipenuhi
Di dalam berdoa kita harus yakin dan berprasangka baik kepada Allah, seperti hadits berikut ini: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla berfirman, Aku akan mengikuti prasangka hambaKu kepadaKu. Dan aku selalu menyertainya apabila ia berdoa kepadaKu”

sumber:http://tahajudcallmq.wordpress.com/2010/07/19/berdoalah-dengan-suara-lembut/

Kerudung Wanita (Jilbab), Perintah ALLAH yang Sudah Dilupakan Umat Islam

Ada satu peribahasa pendek, sederhana, tetapi dalam artinya, yang berbunyi sebagai berikut: “Tak Kenal Maka Tak Sayang” Sesuai dengan peribahasa diatas, ada satu perintah Allah yang penting yang hampir tak dikenal atau dianggap enteng oleh umat Islam, yaitu keharusan wanita memakai kerudung kepala.
Keharusan kaum wanita memakai kerudung kepala tertera dalam surat An Nur ayat 31 yang cukup panjang, yang penulis kutip satu baris saja, yang berbunyi sebagai berikut. : “Katakanlah kepada wanita yang beriman… … … . . Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung kepalanya sampai kedadanya”… … . .

Dan seperti yang tercantum dalam surat Al Ahzab ayat 59 yang artinya sebagai berikut. : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan isteri-isteri orang mu’min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu (disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah pengampun lagi pengasih”.
Perintah Allah diatas adalah jelas dan tegas yang wajib hukumnya bagi kaum wanita sebagaimana dinyatakan Allah pada pembukaan surat An Nur yaitu : “Inilah satu surah yang Kami turunkan kepada rasul dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum syariat yang tersebut didalamnya. Dan Kami turunkan pula didalamnya keterangan-keterangan yang jelas, semoga kamu dapat mengingatnya”.

Dari bunyi ayat diatas jelaslah wanita yang tidak memakai kerudung telah melakukan dosa yang besar karena ingkar kepada hukum syariat Islam yang diwajibkan oleh Allah.

Perintah Allah diatas ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad S.A.W. dalam hadist beliau yang artinya : “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil rasulullah menunjuk muka dan kedua tapak tangannya”.

Sekarang kalau kita keliling diseluruh Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, sedikit sekali kaum wanita Islam yang memakai kerudung kepala, umumnya hanya anak-anak gadis pesantren. Jumlah kaum wanita yang memakai kerudung kepala bisa dihitung dengan jari, tidak ada artinya dari jumlah penduduk Islam yang lebih kurang 180 juta.

Kalau begitu gambarannya, banyak sekali kaum wanita yang masuk neraka, cocok sekali dengan bunyi hadits dibawah ini, yang artinya sebagai berikut. : “Saya berdiri dimuka pintu soranga, tiba-tiba umumnya yang masuk ke surga orang-orang miskin, sedangkan orang yang kaya-kaya masih tertahan, hanya saja bahagian mereka telah diperintahkan masuk neraka, dan aku berdiri di pintu neraka maka kebanyakan yang masuk neraka wanita.

Banyak kaum wanita yang masuk neraka, semata-mata karena didalam hidupnya tak mau memakai kerudung kepala atau Jilbab, didalam neraka akan mendapat siksaan yang berat sekali sebagai mana diceritakan Nabi Muhammad dalam hadits beliau yang artinya sebagai berikut. ; “Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak dikepalanya didalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya” Hadits diatas adalah bahagian akhir dari hadits nabi Muhammad yang cukup panjang, yang menceritakan berbagai macam siksa neraka yang diperlihatkan Allah waktu beliau pergi mikraj. Waktu beliau menceritakan nasib kaum wanita yang berat siksanya didalam neraka karena tak mau memakai kerudung kepala atau jilbab didalam hidupnya, beliau meneteskan air mata.

Begitulah Nabi Muhammad S.A.W. menangisi nasib kaum wanita dari ummatnya nanti di akherat, tetapi sekarang kalau kaum wanita Islam disuruh memakai kerudung kepala, banyak alasannya ada yang mengatakan fanatika agama, sudah kuno tidak cocok dengan zaman, panas dan lain sebagainya. Sikap kaum wanita di zaman sekarang sungguh bertolak belakang dengan sikap kaum wanita di zaman dahulu diwaktu ayat kerudung kepala itu turun, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad S.A.W. berikut ini : “telah berkata Aisyah : Mudah-mudahan Allah memberi rahmat atas perempuan-perempuan Muhajirat yang dahulu. Diwaktu Allah menurunkan ayat kerudung itu, mereka koyak kain-kain berlukis mereka yang belum dijahit, lalu mreka jadikan kerudung”.

Sikap wanita Islam di Medinah pada waktu turunnya ayat kerudung itu, betul-betul cocok dengan seorang pribadi beriman, sebagai yang digambarkan Allah didalam Al Qur’an, yaitu jika mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, mereka lalu berkata :”Kami mendengar dan kami patuh”.

Tetapi sekarang sikap sebagian wanita Islam, jika dibacakan ayat mengenai keharusan memamakai Jilbab, mereka berkata :”Kami mendengar tetapi kami ingkar. ” Kalau begitu sikap kaum wanita

Islam terhadap ayat Jilbab ini, betul tidak cocok dengan pengakuannya kepada Allah didalam shalat yang berbunyi sebagai berikut:
“La syarikallahu wabidzalika ummirtu wa anna minal muslimin. ” Yang artinya “Tiada syarikat bagi Engkau dan aku mengaku seorang muslimah”

Seorang wanita yang mengaku dirinya seorang muslimah, yaitu tunduk dan patuh kepada seluruh perintah Allah, harus berpakaian muslimah didalam hidupnya, yaitu terdiri dari jilbab dan pakaian yang menutup seluruh anggota tubuhnya, berlengan panjang sampai pergelangan tangannya dan memakai rok yang menutup sampai mata kakinya. Kalau mereka tidak berpakaian seperti diatas, mereka bukan disebut wanita muslimah. Jadi pengakuannya didalam shalat yang berbunyi :”Aku mengaku seorang muslimah” adalah kosong, dusta kepada Allah.

Seseorang yang bersumpah palsu saja dimuka pengadilan adalah berat hukumannya, apalagi seseorang yang berjanji palsu dihadapan Allah, tentu berat hukumannya didalam neraka, yaitu sampai digantung dengan rambutnya hingga mendidih otaknya.

Kaum wanita menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya :”… . . Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan diakhirat dia termasuk orang-orang yang merugi

Rizki Febriansyah arbz_1990@yahoo.co.id

Thursday 25 August 2011

Fenonema Facebook (rugi jika tak baca)

Tanpa kita sadari, setan menggangu kita melalui situs ini. Jika kita tidak berhati-hati dan koreksi diri kita dapat terjerumus dalam berbagai dosa & maksiat. Demi Masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.

Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.

Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi setan yang ditunggu-tunggu ...’siapa calon bapak si jabang bayi?’

Ada kabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebritis yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.


Wuiih......mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.

Wuiiih......ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya, apapun, diketahui orang , dikomentarin orang bahkan mohon maaf ....’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.

Fenomena itu bernama facebook , setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :

Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya.....?” ------ kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “Mau ditemanin? Dijamin puas deh...”

Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa....habis malam jumat ya begini...” kemudian komen2 nakal bermunculan...

Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi.... ”, ----kemudian komen2 pelecehan bermunculan.

Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya ...., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu....” ----lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.

Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih...., ada yang mau menerima tantangan ? ’----langsung berpuluh2 komen datang.

Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit...”

Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget...bakal tidur pake dalaman lagi nih ” .

Dan ribuan status-status yang numpang jahilliyah dan pengin ada komen-komen dari lainnya.

Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.

Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru sj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek.....padahal sebagian besar yg di dalam foto tersebut sudah berjilbab

Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria....

Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah...., yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya . Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah radhiyallahu 'anha:

“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang Humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab, “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata, “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah....

Ingatlah Abdurahman bin Auf radhiyallahu 'anhu mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).

Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga .

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita

“Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).

Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.

Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.

Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.

Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.

catatan

***" Iffah (bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela."

Sumber : FTJAI

Judul Asli : Ketika Iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook)
---------------------------------------------------------------------------------------------

Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas" entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya".
> Dingin . . .
> B.E.T.E. . . .
> Capek
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . . .
etc....

***************************************************************
Mohon kiranya untuk men-tag ataupun men-sharing artikel ini dengan orang yang Anda kasihi demi kebaikan kita bersama.

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”( HR Muslim)

Apabila ada kebaikan dalam catatan ini, maka sebaiknya mari kita SEBARKAN untuk dibaca oleh orang yg kita cintai

“Orang yang menyeru (menyuruh/menasehatkan) kepada kebaikan akan memperoleh pahala seperti orang yang mengamalkan seruannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan sedikitpun. Sebaliknya, orang yang menyeru kejahatan akan mendapatkan dosa seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Muslim)

(M. H. Anggana Deh).
--------------------------

Tambahan:

Waktu yang Sia-sia Di Depan Facebook

Saudaraku, inilah yang kami ingatkan untuk para pengguna facebook. Ingatlah waktumu! Kebanyakan orang betah berjam-jam di depan facebook, bisa sampai 5 jam bahkan seharian, namun mereka begitu tidak betah di depan Al Qur’an dan majelis ilmu. Sungguh, ini yang kami sayangkan bagi saudara-saudaraku yang begitu gandrung dengan facebook. Oleh karena itu, sadarlah!!
Semoga beberapa nasehat ulama kembali menyadarkanmu tentang waktu dan hidupmu.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan:

“Aku pernah bersama dengan seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas:

“Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

“Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

Ingatlah … Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu.

Ibnul Qayyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu:

“Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109)

Marilah Memanfaatkan Facebook untuk Dakwah

Inilah pemanfaatan yang paling baik yaitu facebook dimanfaatkan untuk dakwah. Betapa banyak orang yang senang dikirimi pesan nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka. Banyak yang sadar dan kembali kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut.

Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)

Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

“Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

“Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah saudaraku, bagaimana jika tulisan kita dalam note, status, atau link di facebook dibaca oleh 5, 1o bahkan ratusan orang, lalu mereka amalkan, betapa banyak pahala yang kita peroleh. Jadi, facebook jika dimanfaatkan untuk dakwah semacam ini, sungguh sangat bermanfaat.

Penutup: Nasehat Bagi Para Pengguna Facebook

Faedah dari perkataan Imam Asy Syafi’i:

“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.(Al Jawabul Kafi, 109)

Kami hanya bisa berdoa kepada Allah, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah bagi orang yang membaca tulisan ini. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk memanfaatkan waktu dengan baik, dalam hal-hal yang bermanfaat.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Rujukan:

Al Jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
Al Qowa’id wal Ushul Al Jaami’ah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Darul Wathon Lin Nasyr
Jam’ul Mahshul fi Syarhi Risalah Ibni Sya’di fil Ushul, Abdullah bin Sholeh Al Fauzan, Dar Al Muslim
Risalah Lathifah, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di

***
Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal
Disusun di Mediu Learning Center, Rabu, 10 Jumadits Tsani 1430 H
----------------------------------------------------

Bagi teman-teman yang ingin share, silakan langsung saja. Semoga Allah Ta'ala membalas partisipasi teman-teman sekalian dengan kebaikan yang banyak dan memberkahi teman-teman sekalian, Allahuma amin

Allah Ta'ala berfirman:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (Al-'Ashr: 1-3)

AHLAN WA SAHLAN, SELAMAT DATANG
SILAHKAN MENINGGALKAN KOMENTAR




Widget by: Facebook Develop by: islamterbuktibenar.NET
Semoga bermanfaat....

-Sahabatmu-
Al Fawaid

Ditulis ulang oleh:
Admin: www.islamterbuktibenar.net

Tuesday 23 August 2011

HATI-HATI JANGAN ASAL REBONDING RAMBUT

KAUM hawa umumnya senang pergi ke salon untuk melakukan berbagai perawatan kecantikan. Salah satunya, demi menjinakkan rambut ikal dan keriting menggunakan produk pelurus rambut.

Tapi, berhati-hatilah. Sebab, perawatan ini bisa jadi berbahaya terhadap kesehatan.

Dikenal dengan istilah Brazilian Blowout di Amerika Serikat (AS), teknik pelurusan rambut sekaligus merek produk ini pertama kali muncul di Brazil pada 2005. Kombinasi kelembapan tinggi, ras campuran, serta populasi yang sebagian besar berambut keriting, menjadikan bangsa tersebut sebagai pelanggan setia dari teknik pelurusan rambut ini.

Brazilian Blowout kemudian menyebar ke seluruh Amerika Utara dan Eropa, dan populer di berbagai kalangan termasuk para selebritas Hollywood. Brazilian Blowout diklaim mampu memberikan rambut lurus dan berkilau selama tiga bulan. Di saat yang sama, produk ini diklaim bebas dari formaldehida.

Formaldehida merupakan zat kimia yang umum ditemukan dalam produk kecantikan, meski pun dalam konsentrasi sangat rendah. Pada level tertentu, zat ini bisa bersifat karsinogen atau penyebab kanker, dan dikaitkan dengan leukimia, kanker hidung dan tenggorokan, bahkan penyakit Lou Gehrig.

Saat ini, tersedia berbagai produk pelurus rambut di pasaran, yang sering kali mengandung formaldehida dalam berbagai level, seperti dikutip situs today.msnbc.msn.com.

Badan kesehatan Oregon telah menguji 100 sampel produk pelurus rambut, yang sebagian besar diberi label 'bebas formaldehida.' Mereka menemukan, banyak di antara produk itu mengandung formaldehida lebih dari 0,1 persen daripada yang diperbolehkan terdapat dalam produk di AS.

Sementara itu, pemerintah Kanada telah mengeluarkan peringatan tentang bahaya kesehatan yang mungkin timbul. Sedangkan pemerintah Prancis menarik produk pelurus rambut yang memiliki kandungan formaldehida tinggi.

Pada awal Maret 2001, Cosmetic Ingredient Review, suatu badan yang bertanggung jawab untuk meninjau dan menilai keamanan bahan yang digunakan dalam kosmetik, mengeluarkan sebuah peringatan. Mereka mengatakan, tidak dapat menyimpulkan bahwa formaldehida aman digunakan dalam produk kosmetik yang dimaksudkan sebagai aerosol atau menghasilkan gas.

Padahal, produk Brazilian Blowout memerlukan panas dari hair-dryer dan flat iron untuk meluruskan rambut, yang pada akhirnya melepaskan asap formaldehida ke udara. Artinya, Anda bisa menghirup asap penyebab kanker itu, bahkan meski pun Anda hanya duduk di ruangan yang sama dengan orang yang sedang menjalani proses pelurusan rambut. (Yul/OL-06)


mediaindonesia.com

Sunday 31 July 2011

Ibadah ciptaan nabi dengan ulama, apa sama?

ARIFIN S SIREGAR


Mungkin ada yang berkomentar, shalat taraweh telah berlalu, kenapa masih dibahas ? Komentar seperti ini, sungguh tidak benar. Tidak benar shalat taraweh telah berlalu, masih terus setiap tahun selama 12 bulan dan tetap perlu terus dikaji kebenarannya.

Pada tulisan ini, hanya merespon pernyataan sdr Azhari A.Tarigan dan ulama lain pada tulisannya (koran Waspada 3 September 2009 “Tasbih Ramadhan“, kolom 2 baris 12-20), dan beserta dakwah ulama lain di masjid/TV, yang mereka menyatakan, “shalat taraweh 11 rakaat atau 23 rakaat, tak perlu dibahas (diperdebatkan).

Berarti terkesan seolah-olah menganggap 11 rakaat atau 23 rakaat sama saja. Mau pilih mana silakan mau 11 rakaat atau 23 rakaat. Pernyataan seperti ini sangat perlu diluruskan, tidak boleh dibiarkan karena dapat merusak akidah. Yang membuat kita kesal, anggapan tersirat yang bernada “sama saja“ dan tak perlu dibahas (diperdebatkan).

Kenapa tidak perlu ? Itu sangat perlu agar tau yang 11 rakaat dari siapa dan yang 23 rakaat dari siapa. Anggapan tersirat yang bernada “sama saja“ ini, sepintas lalu masaalah sederhana. Tapi bila dikaji lebih dalam, jelas tidak sederhana, karena berakibat bagi orang yang menerima kata itu menjadi pedoman, akan menanam bibit di hati/di pikiran seseorang bahwa Nabi SAW itu dan ulama itu setara (setingkat) di dalam ajaran Islam (di dalam hak menciptakan ibadah).

Padahal Muhammad SAW itu tidaklah berbuat kecuali atas petunjuk/bimbingan Allah SWT. Apa yang diterima Muhammad SAW adalah wahyu yang diwahyukan dari Allah SWT. Sedangkan apa yang diciptakan ulama adalah dari pemikiran mereka. Janganlah sampai ada ulama berani menyatakan apa yang diciptakan Nabi SAW (11 rakaat), dianggap nilainya sama dengan ciptaan ulama (23 rakaat).

Kalau ada ulama menyatakan demikian, ini merusak aqidah dan tantangannya rukun iman yaitu: “percaya pada Allah“ dan “percaya pada Rasul“. Penegasan dari rukun iman ini dijelaskan pada QS An-Nisa’ 59 ; Allah SWT berfirman: “Apabila kamu berbeda pendapat mengenai sesuatu, kembalilah (rujuklah) kepada Allah (Al- Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah) ....“.

Tidak disuruh oleh Allah SWT: kembali (ambil) dari ulama !!! Atau juga dikuatkan pada HR Muslim adalah Kitabulah (Al-Qur’an/Allah SWT), dan semulia-mulianya petunjuk adakah petunjuk Muhammad SAW (Sunnah) ....“

Memang kebenaran iman seseorang itu harus diuji. Ujian itu adalah berupa tantangan. Iman tanpa tantangan, itu belum iman. Seseorang beriman bahwa shalat sunat subuh 2 rakaat, mungkin karena Nabi SAW, dan semua ulama/ mazhab menyatakan shalat sunat subuh 2 rakaat. Tapi bila ada ulama (mazhab) mengatakan shalat sunat subuh 4 rakaat, mungkin ia akan memilih shalat sunat subuh 4 rakaat.

Hal ini akibat taqlid. Pendirian taqlid membuat seseorang jadi kultus dan lemah daya kritisnya. Ketahuanlah sejauh mana imannya setelah diuji dengan tantangan, (pilih Nabi SAW atau mazhab) ? Contoh kenapa seseorang memilih 23 rakaat bukan memilih yang 11 rakat, karena mazhabnya mengamalkan 23 rakaat.

Penjelasan
Untuk lebih jelasnya kenapa diketahui shalat taraweh 11 rakaat, setelah Aisyah RA memberitahukan pada sahabat Abi Salamah bin Abdurrahman bahwa Nabi SAW shalat malam (shalat taraweh) di bulan Ramadhan 11 rakaat dan tidak lebih. Berbeda halnya terbentuknya shalat taraweh yang 23 rakaat, itu adalah ciptaan ulama. Bukti 23 rakaat itu ciptaan ulama, karena ada juga yang 26 rakaat, 36 atau 40 rakaat, dsb.

Di sini timbullah tantangan, apakah menganggap sama saja (setara) ibadah ciptaan Nabi SAW dengan “ibadah” ciptaan ulama ? Kemudian apakah memilih mendahulukan apa yang dari Nabi SAW atau apa yang dari ulama (mazhab) ? Maka menyamakan nilai/kebenaran/ kemuliaan apa yang datang dari Rasulullah SAW dengan apa yang datang dari ulama (apalagi khusus dalam masaalah akidah dan ibadah), ini sudah keterlaluan. Adalah Allah SWT telah menyuruh kita, untuk Allah dan Rasul ada pedoman : “sami’ na wa atokna“ (aku dengar dan aku ikut)“ dan kita juga sudah diberi tahu : “tidaklah Muhammad itu berbuat kecuali atas petunjuk Allah SWT“ dan kita disuruh ittiba’ (patuh) pada Rasul SAW.

Imam Syafii juga telah berkata : “Bila telah sah suatu hadis, maka itulah mazhabku“. Berarti karena keterangan 11 rakaat sudah sah dan jelas hadisnya,

maka itulah mazhab (yang diikut). Berarti bila dihadapkan pada kita pilihan antara Rasulullah SAW dengan ulama, maka wajib dulukan Rasul.

Tanda sejauh mana kebenaran iman kita. Apalagi HR Muslim telah menjelaskan pada kita, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya barang siapa mengerjakan sesuatu pekerjaan (akidah/ibadah) yang tidak ada dalam agama kami (petunjuk Nabi SAW), maka yang diamalkan itu tertolak (haram/bid’ah/sesat)“. Atau diperjelas oleh “Kaidah Ushul Fiqih“: “Sesungguhnya ibadah itu haram, kecuali ada petunjuk (Nabi SAW) yang membolehkannya“.

Maka ditanya, tolong ustad/ ulama tunjukkan petunjuk (contoh) dari Nabi SAW shalat taraweh (shalat malam) 23 rakaat itu. Tidak ada, maka terkena hukum tertolak, haram dan sesat (sesuai bunyi hadis di atas). Umar RA sendiri tidak pernah mengamalkan 23 rakaat. Kalau ada tuduhan itu fitnah.

Jadi ada 11 rakaat dari Nabi SAW dan ada 23 rakaat dari ulama, dan ada yang 26,36,40 rakaat. Tidak habis pikir, kenapa ada orang memilih 23 rakaat dst, tentu karena dianggapnya kualitasnya sama saja (setara) nilainya/ kebenarannya/ kemuliaannya di sisi Allah SWT. Kita boleh memilih ulama, bila tidak ada contoh/ petunjuk yang diajarkan Nabi SAW. Kalau masih ada, dulukan Nabi SAW. Ini iman yang benar!!!

Sunat tetap terikat pada sunnah
Meskipun shalat taraweh (shalat malam) itu shalat sunat, tapi itu ibadah. Pada ibadah apakah wajib atau sunat, tata cara pelaksanaannya sama saja. Bedanya cuma, yang fardhu bila tidak dikerjakan berdosa, dikerjakan berpahala. Ibadah yang sunat, tidak dikerjakan tidak berdosa, dikerjakan berpahala.

Kewajiban tata cara mengerjakannya sama saja, harus berbuat seperti tata cara petunjuk Nabi SAW (Sunnah). Maka bila ada yang mengatakan tata cara shalat taraweh 11 rakaat (ibadah sunat atas petunjuk Nabi SAW) dianggap sama saja dengan tata cara shalat taraweh 23 rakaat (oleh petunjuk ulama), ini keterlaluan, disangsikan sejauh mana kebenaran imannya.

Untuk dipahami, hak cipta ibadah itu, hanya pada Nabi SAW. Jadi ulama tidak mempunyai hak mencipta ibadah. Ulama boleh menentukan (berijtihad) hanya dalam teknis pada ibadah. Misalnya ber-ijtihad ke mana arah kiblat (di mana arah Kabah) ketika di hutan belantara. Tapi tidak boleh berijtihad: boleh shalat tanpa kiblat, karena tak tau kiblat di hutan belantara.

Saya buktikan bahwa apa yang dari Nabi SAW itu adalah atas petunjuk Allah SWT. Suatu riwayat menceritakan yaitu ketika Nabi SAW ditanya sahabat : “ anda tidak keluar tadi malam meng-imami kami shalat (3 malam Nabi SAW berturut- turut menjadi imam shalat malam/ shalat taraweh, tapi malam ke-4 Nabi SAW tak keluar dari kamarnya menjadi imam). Jawab Nabi SAW : “Aku tau (kalian shalat), tapi aku takut akan turun ayat menjadikan shalat alam (taraweh) itu menjadi wajib (bila aku terus mengimami kalian)“.

Ini bukti, setiap ibadah/aqidah yang wajib atau yang sunat, hak ipta/kaifiyatnya/hukumnya adalah dari Nabi SAW, untuk seterusnya disampaikan pada umat. Hanya melalui Nabi SAW, Allah SWT menyampaikan kehendak-Nya apakah shalat malam (taraweh) itu wajib atau sunat atau berapa jumlah akaatnya (kaifiyatnya).

Jadi kalau ada ulama membuat ciptaan baru pada akidah/ibadah atau menganggap kebenarannya sama saja, itu adalah keterlaluan, apalagi mereka sudah S1, S2, S3, MAg, Prof. DR, Kiyai, dsb. Ketahuilah akidah (tauhid) itu rusaknya bukan sekadar karena menyembah berhala, tapi yang lebih berbahaya adalah karena lebih mendahulukan/lebih mempercayai, lebih memuliakan kebenaran yang bukan dari Allah, tapi membenarkan, mempercayai mendahulukan memuliakan kebenaran yang bersumber dari yang lain.

Hal ini dijelaskan oleh Nabi SAW bersabda : “Yang aku kuatirkan kelak (pada umatku) bukan mereka menyembah matahari, bulan atau berhala, tapi mereka akan berbuat amal untuk selain Allah“ (H.R Ibnu Hibban). Dan ini merupakan syirik samara (halus) dan ini sangat berbahaya.

Kenapa berbahaya? Jawabnya : Bila orang menyembah berhala, kita tau, maka kita akan tegor dan menasihatinya. Dan ia tahu salah. Tapi seorang yang lebih membenarkan/memuliakan yang lain dibanding Allah tapi tanpa menyembahnya, maka kita tidak akan menasihatinya. Maka kesyirikannya berjalan terus.

Sehingga Nabi was-was pada umatnya, kelak akan berkata : “masak begitu saja sudah syirik“. Maka pada HR Imam Abu Ja’far : Nabi SAW mengingatkan : Dari Abu Bakar RA, Rasulullah SAW bersabda : “Syirik itu lebih samar dari langkah kaki semut di atas batu hitam, di malam gelap gulita“.

Begitu halus dan samarnya syirik itu disamakan Nabi SAW dengan langkah kaki semut yang berjalan di atas batu hitam dan di malam gelap gulita, supaya kita berhati-hati. Jadi kesimpulannya, menyamakan yang 11 rakaat (dikerjakan Nabi SAW atas petunjuk Allah SWT) dengan yang 23 rakaat (atas petunjuk ulama), jelas tidak sama. Apakah tidak tergolong dalam perbuatan syirik ? Akan kita bahas di lain waktu, Insya Allah.

Penulis adalah pengamat sosial dan keagamaan.
(dat03)

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=61069:ibadah-ciptaan-nabi-dengan-ulama-apa-sama&catid=25:artikel&Itemid=44
sumber:

Modus Penipuan ATM: Wajib Baca Gan



Pengalaman pribadi dari salah satu teman ane gan :
di simak yah........

Peristiwa ini menimpa saya Hari Minggu yang lalu di salah satu ATM XXX (sebut saja ATM1). Semoga tidak terulang pada pembaca.

Kejadian ini berawal ketika saya mau menarik uang di ATM XXX. Seperti kadang-kadang terjadi setelah saya masukkan kartu ATM, layar ATM menyatakan bahwa “out of service” atau “maaf sementara tidak dapat melayani”. Tentu saja saya langsung tekan tombol Cancel untuk membatalkan transaksi. Namun ternyata kartu ATM tidak kunjung keluar walaupun saya ulangi berkali kali dan saya tunggu.

Di saat saya berharap kartu ATM segera keluar, tiba-tiba ada seseorang laki-laki (sebut saja Mr X) yang membuka pintu ATM dan tindakan kurang etis ini tentu agak mengejutkan saya. Orang tersebut yang tampil dengan sikap dan wajah innocent (tanpa dosa) dan dengan cukup santai bertanya: “Bisa Pak? Kartu saya tadi tertelan pak!”. Karena merasa senasib, sikap saya berubah dari curiga menjadi welcome.

Setelah saya amati, ternyata kartu saya tampak sedikit (kurang lebih satu millimeter) di bibir lobang kartu ATM dan saya berusaha dengan menyelipkan dua kartu tipis untuk menjepit kartu tersebut agar dapat saya keluarkan. Usaha saya itu mendapat respon yang bersahabat dari Mr X dan segera pula ia membantu saya untuk menjepit dengan kertas yang saya gunakan tetapi kartu ATM saya juga tidak berhasil dikeluarkan.

Usaha berikutnya dilakukan oleh Mr X dengan menelpon “Bank” (katanya saya telpon bank saja pak, 140xx ya? tanyanya dan tidak saya jawab karena saya konsentrasi dengan usaha saya untuk mengeluarkan kartu ATM). Setelah dia menceritakan apa yang telah terjadi dan salah satu ungkapannya ditelepon “kartu saya terganjal oleh bapak setelah saya pak!”. Mr X segera menyerahkan HPnya karena pihak “Bank” mau bicara dengan saya. Pihak “Bank” setelah menanyakan beberapa data seperti nama, tanggal lahir, nama ibu kandung segera menuntun saya agar dapat mengeluarkan kartu ATM saya dan tentu saja saya turuti.

Tekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pin bapak; tekan ENTER. Keluar tidak pak? Tanyanya. Tidak, jawab saya. Ok pak saya akan bantu sekali lagi mengeluarkan kartu bapak. Ikuti petunjuk saya tekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pin bapak (pelan-pelan pak) dan saya sempat berpikir mengapa harus pelan?; tekan ENTER. Singkatnya saya menekan PIN saya sampai sekitar tiga kali yang disaksikan oleh Mr. X. Saya tidak sampai hati meminta Mr X keluar dari ruang ATM karena ia telah meminjami HP dan “menolong saya”.

Adegan ini berarkhir ketika pihak “Bank” tidak berhasil membantu saya dengan mengatakan:

Ok pak, karena kartu bapak tidak bisa keluar, KARTU BAPAK SAYA BLOKIR SAJA DAN SAAT INI KARTU BAPAK SUDAH TIDAK BERFUNGSI. Besok bapak segera ke Bank Mandiri setempat untuk minta terbitkan kartu baru.

Karena merasa aman, saya segera tinggalkan ruang ATM dengan mengucapkan terima kasih kepada Mr. X setelah anak saya segera keluar dari mobil, menyusul ke ruang ATM menanyakan apa yang terjadi (kata saya: kartu sudah diblokir, kita pindah ATM lain saja nak).

Untungnya saya tidak menaruh semua telor saya dalam satu keranjang. Masih ada keranjang lain tidak peduli ukurannya. Segera saya menuju ATM (sebut saja ATM2) yang lain karena saya sudah ditunggu di salah satu toko untuk suatu transaksi. Sebelum saya (bersama isteri dan anak saya) masuk ke ATM2 tiba-tiba SMS banking masuk dan menyatakan rekening saya terdebet Rp. 1.500.000,-. Ketika itu saya baru sadar (menurut saya bukan karena hipnotis, tetapi logis) bahwa MR X TADI TERNYATA PENIPU dan pihak “Bank” yang bicara dengan saya adalah anggota sindikatnya.

Segera saya menuju ATM1 dengan melanggar lampu merah di perempatan jalan sambil menghampiri Polantas setempat. Sampai di tempat kejadian, tentu saja pelaku sudah kabur dan selama saya menuju kembali ke ATM1, rekening saya selalu terdebet hampir setiap setengah menit Rp 1,5 juta dan berkali-kali. Saya berusaha keras untuk memblokir via 140xx tetapi selalu dijawab oleh mesin penjawab dan setelah sekian lama saya baru bisa bicara dengan operator untuk melakukan pemblokiran. Apa boleh buat saat pemblokiran saldo tinggal tersisa Rp 82 ribu.

Setelah dihubungi oleh pihak kepolisian, tidak lama berselang petugas ATM Bank XXX datang dan membongkar mesin ATM. Ternyata di dalam ruang kartu masuk telah diselipkan SEBATANG KOREK API yang telah dipotong “pentolan” nya. Kata petugas bank: Ini yang membuat kartunya tidak bisa masuk… kejadian ini sudah sekitar satu tahun tapi pelakunya belum juga tertangkap.

KESIMPULAN:

1. Sindikat penipu memilih ATM yang terpencil, bukan yang di kantor bank dan/atau yang ada security-nya.
2. Mereka memilih hari libur agar nasabah tidak dapat menghubungi bank setempat.

SARAN AGAR HAL SERUPA TIDAK TERULANG PADA PEMBACA:

1. Gunakan ATM yang ada Bank-nya atau yang dekat security
2. Jika kartu macet dan tidak bisa keluar dengan usaha sendiri, tinggalkan saja karena orang lain tidak bisa menggunakan tanpa mengetahui PIN-nya dan segera lapor ke bank setempat (tentu pada hari kerja).
3. Pada saat pembaca panik karena jadwal padat, ditunggu dalam waktu singkat, sehingga secara emosional tidak stabil, mungkin juga sedang berantem sebaiknya hindari transaksi menggunakan ATM karena daya analisa menurun dan sangat memungkinkan terjadi kesalahan.
4. Batasi jumlah uang yang ada di rekening. Ada baiknya membuat rekening cadangan yang non-ATM.

sumber : http://www.forumkami.net/cafe/23394-modus-penipuan-atm-wajib-baca-gan.html

Friday 29 July 2011

Virus-virus aqidah


“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon buruk yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun” (QS. Ibrahim, 14;24-26)

Para “Mufasir” (Ahli Tafsir) sepakat bahwasanya akar pohon yang ditamsilkan dengan Kalimah Thoyyibah adalah kalimat Tauhid, “Laa ilaaha illallah”. Artinya, seorang yang dalam hidupnya tidak berakar kepada prinsip akidah “laa ilaaha illallah”, tidak ubahnya pohon yang tidak berakar, atau akarnya sudah terangkat dari dasar tanah. Pohon seperti itu jangankan berbuah sehingga bermaslahat terutama bagi mereka yang hidup di sekitar pohon tersebut, bahkan untuk bertahan hidup saja mustahil. Pada ayat lain, Allah SWT menggambarkan orang-orang yang tidak beriman (kafir) adalah, “Mereka orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan di dunia ini, sedangkan mereka mengira bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya”(QS. Al Kahfi, 18:104).

Dalam berbagai hadits, Rasulullah Saw menyatakan bahwasanya kalimat Tauhid, “laa ilaaha illallah” itu tiket seseorang untuk masuk surga sekaligus membebaskannya dari ancaman keabadian di Neraka Jahannam. Akar akidah inilah yang selama ini coba digerogoti oleh segelintir orang di negeri ini, ironisnya mereka mempergunakan nama Islam atau atribut-atribut Islam, yang tentunya dimaksudkan agar lebih memudahkan tercapainya tujuan mereka menyesatkan sesuatu yang termahal bagi kehidupan mu’min, yakni akidah.

Berbagai macam virus yang telah menjangkiti akidah sebagian ummat terutama mereka yang tidak memiliki akar akidah yang kokoh, di antaranya virus yang cukup berbahaya bagi ummat, khususnya generasi muda adalah virus yang popular dengan sebutan “Sepilis’ (Sekularisme, Plurarisme dan Liberalisme) karena di samping metoda pendekatan mereka yang banyak bermain dengan logika, juga karena beberapa tokohnya sudah “kadung’ dikenal di masayarakat sebagai “Cendekiawan Muslim” dan atau ulama/kiai.

Virus sekularisme telah lama menjangkiti dan menggerogoti akidah sebagian ummat di negeri yang “konon” mayoritas muslim. Terbukti tidak sedikit di antara para ulama dan tokoh-tokoh Islam yang sudah tidak merasa terancam keislamannya dengan dzalim dan fasik (QS. Al Ma-idah, 5 : 45,47) atau bahkan kufur (QS. Al Ma-idah,5:44) tatkala mereka tidak mempergunakan wewenang yang dimilikinya untuk menetapkan dan atau melaksanakan syariat Islam secara “Kaffah” (Integral) mencakup seluruh aspek hidup.

Sementara virus liberalisme yang dulu hanya milik Iblis, kini telah berhasil disebarkan Iblis kepada kelompok ini. Mereka dengan takabburnya menuhankan hawa nafsu (QS. Al Furqaan, 25:43; Al Jaasiiyah, 45:23) dan akal mereka dengan menolak bahkan melecehkan syariat Allah SWT yang tidak cocok dengan akal mereka. Benar dan salah adalah yang benar dan salah menurut akal. Dengan gegabahnya mereka nyatakan “Tuhan telah mati” karena Tuhan yang sesungguhnya adalah akal mereka. Kalaupun mereka masih meyakini dan menjalankan sebagian syariat, maka hanyalah sebatas ajaran agama yang selaras dan dapat dibenarkan akal mereka.

Sesuai dengan namanya, mereka benar-benar merasa memiliki kebebasan mutlak yang tidak boleh dibatasi siapa pun bahkan oleh Allah SWT. Ini tentu saja bertolak belakang dengan keimanan seorang muslim yang mengakui tidak ada kebebasan mutlak dimiliki manusia. Satu-satunya kebebasan yang dianugerahkan Allah SWT sebagai Al Khalik kepada manusia sebagai makhluk hanyalah kebebasan memilih untuk beriman atau kafir (QS.Al Kahfi, 18 : 29).

Bila seseorang memilih mu’min, maka sudah tidak memiliki kebebasan lagi, karena yang bersangkutan sudah harus “Aslama – Islam” (tunduk, patuh, taat) terhadap syariat Allah SWT, dimengerti atau tidak dimengerti oleh akalnya. Sepanjang syariat itu ditetapkan dengan Nash yang Qath’i (Al Qur’an dan As Sunnah) yang tergolong ayat Muhkamat. Akal hanya diberi kebebasan berijtihad terhadap hal yang tidak ada Nash atau Nashnya “dzanni” (mengundang keraguan), “tsubuut” (hadits shoheh atau bukan) atau “dalaalahnya” (pengertiannya yang dapat mengundang berbagai interpretasi). Bila Iblis dinyatakan gugur keimanannya dan dilaknat Allah SWT karena dengan logika sesatnya mengkufuri “satu” aturan Allah SWT. Di negeri ini, tokoh kelompok ini malah diberi gelar Cendekiawan Mslim atau ulama.

Virus akidah lainnya yakni pluralisme terbilang sangat aneh bila dilihat dari prinsip dasar keyakinan akan hakikat kebenaran, Sungguh sulit diterima akal sehat bila dua atau tiga hal yang secara prinsip bukan hanya saja berbeda, bahkan sangat bertentangan, lalu dinyatakan kelompok ini semua benar dan selamat. Setiap orang yang memiliki keyakinan pasti akan sulit memahami pandangan seperti ini. Logika yang paling sederhana, bila seseorang meyakini suatu kebenaran maka pada saat yang sama ia akan meyakini sesat segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakininya,

Menurut kelompok ini, setiap amal sepanjang bermaslahat bagi orang lain, maka ia menjadi amal shaleh apa pun agama yang diyakininya. Padahal sebagaimana ditamsilkan dalam QS. Ibrahim ayat 24-25 tersebut di atas, bahwa hanya dengan akar yang benar (Kalimat Tauhid) pohon tersebut dahan dan rantingnya menjulang ke langit (Habluminallah) dan berbuah yang buahnya bisa dinikmati oleh masyarakat yang hidup di sekitar pohon tersebut (Hablumminannaas). Seperti halnya kaum liberalism, kelompok pluralisme juga menuhankan akal mereka. Mereka interpretasikan satu-dua ayat sekehendak mereka tanpa memperdulikan kaidah-kaidah tafsir dan tanpa mau peduli bila pandangan mereka nyata-nyata bertentangan dengan sekian puluh bahkan ratus ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang menjelaskan tentang maksud ayat yang mereka artikan secara serampangan.

Ketiga virus ini memang baru menyesatkan segelintir ummat di Negeri ini. namun kehadirannya harus terus diwaspadai karena tidak mustahil bisa menjangkiti ummat yang lemah akidahnya.



Sumber
http://mentaririsahdieni.dagdigdug.com

Thursday 28 July 2011

10 khasiat buah pisang

Selain menjadi favorit sebagian besar atlet, buah pisang juga memiliki khasiat bagi kesehatan serta kecantikan. Namun untuk mendapatkan manfaatnya, Anda perlu cermat memilih. Pasalnya hanya pisang yang matang saja yang dapat mengubah gula darah menjadi glukosa alami, serta cepat diabsorsi ke dalam peredaran darah.

Ciri-ciri pisang yang matang, adalah pisang yang kulitnya berwarna hijau kekuning-kuningan dengan bercak cokelat atau kuning. Semua kandungan dalam pisang matang tersebut, akan memberikan beberapa manfaat kesehatan, terutama bagi:

1. Sumber Tenaga
Pisang dapat dicerna dengan mudah, sehingga gula yang terdapat didalamnya akan diubah menjadi sumber tenaga yang baik untuk pembentukan tubuh, kerja otot dan juga sangat bagus untuk menghilangkan lelah.

2. Ibu Hamil
Wanita yang tengah hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi pisang, karena mengandung asam folat tinggi yang penting bagi kesempurnaan janin, pembentukan sel-sel baru dan mencegah terjadi cacat bawaan.

Sebuah pisang matang, akan mengandung sekitar 85-100 kalori. Sehingga dengan memakan dua pisang segar, kebutuhan asam folat yang sekitar 58 mikrogram dapat terpenuhi. Di samping itu pisang akan membantu menjaga kadar gula darah yang dapat mengurangi morning sick, sehingga pisang sangat baik untuk cemilan ibu hamil.

3. Penderita Anemia
Kandungan zat besi yang cukup tinggi pada pisang, dapat menstimulasi produksi hemoglobin dalam darah bagi penderita anemia. Dua buah pisang sehari, sangat baik untuk penderita anemia.

4. Penderita Sakit Maag
Sebagai buah yang dapat dikonsumsi langsung, pisang tak membuat iritasi atau kerusakan usus bagi penderita maag. Buah ini sering digunakan untuk melawan penyakit usus, sebab teksturnya lembut.

Pisang juga dapat menetralkan kelebihan asam lambung dan melapisi perut sehingga mampu mengurangi iritasi. Bagi yang mengalami penyakit usus atau kolik akibat asam lambung, Anda dapat mengkonsumsinya dengan di campur pada segelas susu cair.

5. Penderita Penyakit Lever
Bagi penderita lever, dua buah pisang sehari dengan tambahan satu sendok madu, akan baik untuk menambah nafsu makan dan meningkatkan kuat.

6. Penderita Luka Bakar
Khusus untuk penderita luka bakar, Anda dapat menggunakan daun pisang sebagai pengobatan. Caranya, kulit yang terbakar dioles dengan campuran abu daun pisang dan minyak kelapa. Campuran ini mampu mendinginkan kulit yang terbakar.

7. Yang Mengalami Stress
Pisang mengandung potasium, yaitu mineral vital yang membantu menormalkan detak jantung, mengirim oksigen ke otak dan mengatur keseimbangan kadar air dalam tubuh. Ketika mengalami stress, metabolisme tubuh akan meningkat drastis sehingga mengurangi kadar potasium tubuh. Dengan pisang, potasium dalam tubuh kadarnya akan seimbang.

8. Penderita Stroke
Berdasarkan riset The New England Journal of Medicine, mengkonsumsi pisang setiap hari akan menurunkan resiko kematian akibat stroke hingga 40%.

9. Mengontrol Temperatur
Di beberapa negara, pisang dipandang sebagai makanan pendingin yang dapat menurunkan temperatur fisik dan emosional ibu hamil. Di Thailand contohnya, ibu hamil mengkonsumsi pisang untuk memastikan bayi lahir dengan temperatur sejuk.

10. Meningkatkan Kekuatan Otak
Di sebuah sekolah Inggris, 200 pelajar mampu menyelesaikan ujian akhir hanya dengan sarapan pisang. Mereka juga kerap mengkonsumsi pisang saat jam istirahat serta makan siang, sebab pisang mampu meningkatkan kekuatan otak.

sumber :http://cara2sip.blogspot.com/2011/03/timetotalks.html

Belajar dari ibu penjual tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. .." demikian dia selalu memaknai hidupnya.

Suatu pagi, setelah shalat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atasmeja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian.

Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..." Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.

Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.

Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. "Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya.

Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "tangan" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

Kecewa, airmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya.

Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan.

Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya kian memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...

Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?"

Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan kedua tangannya. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe..." Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..."

"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat?

Pembaca, Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah!" pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"

"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Shalauddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?"

----------------------------------Selesai--------------------------------

Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa, merasa hidup ini tidak adil. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling baik untuk hamba-Nya. Sungguh, semua rencana Allah adalah SEMPURNA.

http://situslakalaka.blogspot.com/2011/03/belajar-dari-ibu-penjual-tempe.html

Wednesday 27 July 2011

Bahaya bid'ah

BAHAYA BID’AH
Oleh : Tim Redaksi Al-Hujjah Lombok
Anggapan baik terhadap bid’ah berarti menganggap Islam seolah-olah belum sempurna

Syari’at islam telah sempurna, sehingga tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah ku ridhoi islam sebagai agamamu.”( Qs. Al-Maidah: 3) Dan Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam tidaklah wafat kecuali telah menjelaskan seluruh perkara dunia dan agama yang dibutuhkan. Jika demuikian, maka maksud perkataan atau perbuatan bid’ah dari pelakunya adalah bahwa agama ini seakan-akan belum sempurna, sehingga perlu untuk dilengkapi, sebab amalan yang diperbuatnya dengan anggapan dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala belum terdapat di dalamnya.


Ibnu Majisyun berkata : “Aku mendengar Imam malik berkata: “Barang siapa yang membuat bid’ah dalam islam dan melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka Sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad rtelah berkhianat, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman Dalam Al-qur’an , “pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamu.” Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama maka pada hari inipun bukan termasuk Agama.”( Asy-syatibi dalam Al-I’tisam).

Amalan bid’ah tertolak (tidak di terima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala )

Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang membuat hal yang baru dalam urusan agama kami ini sesuatu yang tidak ada didalamnya, maka ia tertolak.” (Bukhari Muslim)

Sebagaimana maklum bahwa syarat di terimanya amalan adalah: ikhlas dan sesuai dengan sunnah.

Ikhlas semata-mata karena mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pahala di akhirat, bukan pujian atau balasan makhluk ataupun ucapan terima kasih yang ini adalah merupakan kandungan syahadat La ilaaha illallah. Sesuai dengan sunnah yaitu sesuai dengan perintah dan tuntunan Rasullullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam, bukan berdasarkan hawa nafsu dan bid’ah yang diada-adakan, yang hal ini merupakan kandungan syahadat Muhammad Shallallahu ‘Alahi wa Sallam. Dengan demikian amalan bid’ah itu kehilangan syarat kedua, dari dua syarat di terimanya amal.

Bid’ah…mengikuti hawa nafsu

Sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyah: “para pelaku bid’ah adalah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan syubhat. Mereka mengikuti hawa nafsunya dalam sesuatu yang di sukai dan di benci, mereka menetapkan hukum dengan prasangka dan syubhat. Mereka mengikuti prasangka dan apa yang di inginkan nafsunya, padahal telah datang petunjuk dari Tuhan Subhanahu wa Ta’ala mereka. Jika seseorang menggunakan hawa nafsunya dalam masalah agama maka sungguh dia adalah orang yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah. “(Al-Qashash:50)

Bid’ah lebih di cintai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat

Imam At-Tsauri rahimahullah berkata: “Bid’ah lebih di cintai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat, orang terkadang bertaubat dari maksiat tetapi seseorang sulit bertaubat dari perbuatan bid’ahnya. Maksud perkataan Imam Ats-Tsauri rahimahullah itu di jelaskan oleh Ibnu Thaimiyah sebagai berikut: (makna perkataan mereka para imam islam, seperti Sufyan Ats-Tsauri dan lainnya) bahwa , amalan buruknya (yaitu bid’ah tersebut pent.) telah di hias-hiasi oleh syaitan sehinggga ia melihatnya sebagai suatu kebaikan, karena permulaan taubat adalah mengetahui perbuatannya itu buruk, sehingga ia bertaubat darinya, atau bahwa ia telah meninggalkan suatu kebaikan yang di perintahkan secara wajib atau tidak wajib, sehingga dia bertaubat dan mengerjakannya. Maka selama dia melihat perbuatannya suatu kebaikan, padahal sebenarnya adalah suatu keburukan, niscaya dia tidak akan bertaubat (Majmu’ fatawa X/9)

Bid’ah melenyapkan Sunnah

Seperti apa yang di katakan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu wa Anhu: ” Tidaklah datang suatu tahun pada Manusia melainkan mereka membuat bid’ah dan mematikan sunnah, hingga bentuk-bentuk bid’ah menjadi hidup dan sunnah menjadi mati.”

Hasan bin ‘Athiyyah : “Tidaklah suatu kaum membuat bid’ah dalam agama mereka melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencabut dari mereka sunnah yang sepadan dengan nya, kemudian tidak akan mengembalikan kepada mereka sampai hari kiamat.” betapa indahnya yang dikatakan oleh sahabat agung Ibnu mas’ud Radhiallahu wa Anhu: “Hendaklah kamu menghindari apa yang baru di buat Manusia dari bentuk-bentuk bid’ah. Sebab agama tidak akan hilang dari hati seketika. Tetapi syaithan membuat bid’ah baru untuknya, hingga iman keluar dari hati, dan hampir-hampir Manusia meninggalkan apa yang telah di tetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka berupa shalat, puasa, halal dan haram, sementara mereka masih berbicara tentang Tuhan Yang Mahamulia. Maka siapa yang mendapatkan masa itu hendaknya dia lari. “Ia di tanya, “Wahai Abu Abdurrahman , kemana larinya ? “ia menjawab. “Tidak kemana-mana. Lari dengan hati dan agamanya. Janganlah duduk besama-sama dengan ahli bid’ah.(Al-Hajjah I/312 oleh Al-Ashbahani)

Bid’ah termasuk sikap ghuluw (melampaui batas syari’at)

Imam Al-Bukhari berkata dalam kitab shahihnya, Kitab Al-I’tisham bil kitab wa sunnah: “Bab: Apa yang dilarang tentang berlebih-lebihan, perselisihan di dalam ilmu, ghuluw di dalam agama dan bid’ah-bid’ah, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : ” Wahai Ahli kitab janganlah kamu melampauibatas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakanterhadaap Allah kecuali yang benar.” (An-Nisa’:171)

Bid’ah menyebabkan perpecahan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “dan bahwa (yang kami peritahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan (subul) itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.”(Al-An’am 153)

Imam Asy-Syathibi berkata: “sirhathal mustaqim (jalan yang lurus) adalah jalan Allah yang dia serukan, yaitu As-Sunnah. Sedangkan As-Subul (jalan-jalan lain) adalah jalan-jalan orang-orang yang berselisih. Yang menyimpang dari jalan yang lurus. Mereka adalah para ahli bid’ah”(Al-I’tisham I/76 tahqiq Syaikh Salim Al-Hilali)

DR. Ibrahim bin Muhammad Al-Buraikan menyatakan: “Dan sesunggunya melakukan/membuat bid’ah di dalam agama akan menambah perpecahan di kalangan ummat karena hal itu merupakan dasar yang menyelisihi agama, yang kita di larang mengkutinya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan (subul) itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.”(Al-An’am 153) (Al-Madkhal lid dirasalah Al-‘aqidah ‘ala Madzhab Ahli Sunnah Waljama’ah)

BAHAYA BID’AH BAGI PELAKUNYA

Amalan-amalannya tidak di terima

terdapat beberapa nash yang menyatakan bahwa ibadah ahli bid’ah tidak di terima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantarannya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orangyang paling merugi perbuatannya. “yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.(Al-kahfi:103-104).

Imam Ibnu Katsir berkata: ” Karena Sesungguhnya ayat ini adalah makiyah (turun sebelum peristiwa hijrah dari makkah ke madinah) , sebelum berbicara terhadap orang-orang yahudi dan nashara, dan sebelum adanya al-hawarij (kaum pertama pembuat bid’ah) sama sekali. Sesungguhnya ayat ini umum meliputi setiap orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan jalan yang tidak di ridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala , dia menyangka bahwa dia telah berbuat benar didalam ibadah tersebut padahal dia telah berbuat salah dan amalannya tertolak.” (Tafsir Al-Qur’annil Azhim)

Pelaku bid’ah semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala

Diriwayatkan dari Al-hasan bahwa dia berkata : “shahibu (pelaku) bid’ah, tidaklah dia menambah kesungguhan, puasa, dan shalat, kecuali dia semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan dari Ayyub As-Sikhtiyani, dia berkata: “tidaklah pelaku bid’ah menambah kesungguhan kecuali dia semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .” Pernyatan tersebut diisyaratkan kebenarannya oleh sabda Rasulullah rtentang khawarij: “satu kaum akan keluar di dalam ummat ini yang kamu meremehkan shalat kamu di bandingkan dengan shalat mereka, mereka membaca Al-Qur’an tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari sasarannya.”(HR. Bukhari)

Asy-Syatibi berkata: “pertama beliau (Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam pent.) menjelaskan tentang kesungguhan mereka, kemudian beliau menjelaskan tentang jaunya mereka dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .(Al-I’tisham I/156)

Menangguh dosa bid’ah dan dosa-dosa orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat.

Dalam hal ini Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda : “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk , maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.”(HR. Muslim)

Sedangkan bid’ah merupakan kesesatan sebagaimana yang telah di katakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam. Inginkah ahli bid’ah menanggung seluruh dosa orang-orang yang mengiutinya sampai hari kiamat?! Tidakkah hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam ini menghentikan mereka!?.

Pelaku bid’ah memposisikan dirinya pada kedudukan menyerupai pembuat syari’at

Hal ini karena pembuat syari’at (Allah Subhanahu wa Ta’ala ) telah membuat peraturan-peraturan kemudian mewajibkan makhluk untuk melaksanakannya, sehingga dia sendirian dalam hal ini. Dialah yang membuat keptutusan tentang apa yang di perselisihkan oleh makhluk. Karena jika pembuatan peraturan-peraturan itu mampu di lakukan oleh Manusia, niscaya agama yang berisi peraturan-peraturan itu tidak di turunkan oleh Allah, para Rasul tidak perlu di utus, dan tidak ada lagi perselisihan di kalangan Manusia. maka orang-orang yang mengadakan perkara-perkara baru di dalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala itu berarti dia telah menempatkan dirinya sebanding dengan pembuat syari’at. Yaitu dia membuat peraturan bersamaan dengan pembuat syari’at dan telah membuka pintu perselisihan, serta menolak maksud atau tujuan pembuat syari’at di dalam kesendiriannya dalam membuat syari’at (peraturan).(Al-I’tisham I/66)

Pelaku bid’ah akan di usir dari telaga Rasululah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam pada hari kiamat

Rasululah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda: “Sesung-guhnya aku mandahului dan menanti kamu di telaga. Barang siapa yang melewatiku niscaya dia minum, dan barang siapa yang minum niscaya dia tidak akan haus selama-lamanya. Sesungguhnya sekelompok orang akan mendatangiku, aku mengenal mereka, dan mereka mengenalku, kemudian dihalangi antara aku dengan mereka, maka aku berkata: “Sesungguhnya mereka dari pengikutku” tetapi di jawab “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan secara baru setelahmu.” Maka aku (Nabi Shallallahu ‘Alahi wa Sallam) berkata: “jauh ! jauh!! Bagi orang-orang yang merubah agama setelahku.” (HR. Bukhari -Muslim)

Pelaku bid’ah diancam dengan laknat Allah

Dari Ibrhahim At-taimi dia berkata: “Bapakku telah menceritakan kepadaku, dia berkata: Ali Radhiallahu wa Anhu berkhutbah kepada kami di atas mimbar dari batu bata dan beliau membawa sebuah pedang, yang pada pedang tersebut terdapat sebuah lembaran yan tergantung, kemudian Ali berkata: “Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala kami tidak mempunyai kitab yang di baca kecuali kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang ada di lembaran ini.” Kemudian Ali membukanya, maka didalam lembaran itu tertulis:…maka barang siapa yan membuat perkara-perkara baru (bid’ah) di madinah niscaya dia mendapatkan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat-malaikatnya dan seluruh Manusia.” (Bukhari no. 7300 dan Muslim no. 1730).

Pintu taubat hampir-hampir terkunci bagi shahibu (ahli) bid’ah

Hal ini disebutkan dalam beberapa hadist antara lain: Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menghalangi taubat dari setiap shahibu bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya (Shahih At-Tarhib I/97 dan Zhilalul Jannah : 21 oleh Imam Al-Albani). Sesungguhnya ahli bid’ah tidak mendapakan taufik (bimbingan) untuk bertaubat. Sehingga taubat itu sama sekali tidak terjadi pada mereka kecuali jika dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah makna yang benar, dan tidak ada keraguan padanya.Karena telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan perkataan para salaf ini serta kenyataan para Ahli bid’ah itu sendiri. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Hasan Al-Basri : “Allah Subhanahu wa Ta’ala enggan mengizinkan taubat bagi Ahli bid’ah” (HR. Al-Lalikai).

Risalah Al-Hujjah No: 41 / Thn IV / Dzulhijjah / 1422H